Hampir satu bulan semenjak Chacha berumur 29.
Saya pikir rencana Mila untuk pergi kemping di bulan penghujan begini hanya sekedar wacana saja. Sampai saya menerima pesan WA-nya pada tanggal 25 November 2014 yang mengingatkan bahwa pada Jumat-nya sepulang kerja saya harus bersiap ke Bekasi karena tenda dan kompor sudah disewa 😀
Maka pada Jumat sore tanggal 28 November saya meluncur langsung dari Bogor (bukan dari kantor, sebab saya mengambil jatah cuti terakhir saya tahun ini akibat “sumilangeun”). Saya dijemput Mila dengan pesawat ulang-alik pribadinya di Stasiun Cawang dan langsung meluncur ke rumahnya di Bekasi sana.
Sesampainya di Bekasi, tanpa istirahat berpanjang-panjang, saya dan Mila bahu-membahu mendirikan tenda yang ditempatkan di sisi kanan halaman depan rumahnya. Di atas rerumputan yang masih basah.
Tenda sudah berdiri kokoh saat Chacha bergabung kemudian setelah berhasil menaklukkan kemacetan Jakarta.
Tinggal membuat makan malam yang menunya dihayati betul layaknya kemping di gunung, mie instan dengan segala atributnya seperti bakso dan sosis.
Diantara kegiatan kemping kami itu, Mama dan Papanya Mila/Chacha sempat nimbrung sambil menyarankan untuk memasang terpal di atas tenda kami agar kalau hujan turun lagi malam itu, tendanya ndak kebasahan dan menarik kabel supaya tenda kami bisa diterangi lampu 😀
Baru saya sadari sebulan yang lalu kalau Mila dan Chacha itu cepat sekali tidur. Jam sembilan malam mereka sudah terlelap sementara mata saya masih nyalang memandangi layar handphone.
Nah, ketika pagi tiba mereka bangun cepat padahal hari libur. Saya yang bukan early riser kembali menarik selimut.
Sarapan yang dibuat adalah pancake instan dengan toping sirup karamel dan taburan coklat Hershey’s. Tidak lupa kopi tubruknya.
Selesai sarapan Mila menengok tanaman-tanamannya. Mengurus sebagian dari mereka yang perlu terpaan sinar matahari. Memindahkan bibit-bibit yang mulai tumbuh ke media tanam yang lebih luas. Sementara saya dan Chacha? Cukup sibuk melakukan selfie.
Kesibukannya Mila lalu berpindah ke ukulele biru yang baru diterimanya dari seorang teman Plurker nun jauh di tanah Kalimantan sana. Dadah-dadah sama Tante Meiyin.
Tak terasa sudah saatnya makan siang. Menu yang disiapkan Mila dan Chacha adalah spaghetti tuna minyak zaitun.
Dan keriaan Sabtu siang itu ditutup dengan acara peniupan lilin ulang tahunnya Chacha. Happy 29th birthday, Cha!
Menjelang sore kami ke Epicentrum Walk untuk menonton film terkininya Jennifer Lawrence dan saya tidak diizinkan untuk pulang ke Bogor. Harus menginap satu malam lagi kata mereka. Untung membawa satu set pakaian lebih. Akurlah.
Malam kedua di Bekasi saya habiskan di kamarnya Mila, yang ber-AC.
Keesokan harinya setelah sarapan dengan menu cake ultahnya Chacha saya diajak main ke Pasar Santa. Tapi sebelum itu kami belok dulu ke mal Pacific Place (yay, akhirnya menjejakkan kaki juga di PP!) untuk menjemput salah satu karibnya Chacha. Kami bertemu di kedai Kopi Luwak di mana temannya Chacha itu memberikan kejutan ulang tahun dengan bantuan para pramusaji yang ada.
Pasar Santa, kami datang!
Untung dapat parkir!
Beberapa kios di lantai dua yang menjadi pusat sensasi beberapa waktu belakangan ini masih dalam keadaan tertutup. Tapi yang diincar Chacha sudah beroperasi. Kami mengantri manis di kios siomay.
Dari kios siomay itu kami berturut-turut menclok di @abcd_coffee, Koedapan oleh @trfhomemade, dan es potong sandwich dari @LimIceCream. Sayangnya, kios Jajanan SD tidak buka hari itu.
Seusai menjelajah Pasar Santa, usai pula perjalanan saya di Bekasi.
Oh, ya, simak lagu penutup untuk postingan ini.
Itu kemping di samping rumah? Seru bangettt!! Btw foto pertama itu bukan spaghetti tuna kan ya? Tadi pas baca ceritanya heran kok spaghetti tunanya banyak bener masaknya. hahahaha *sungguh penting*
Iya, di samping rumah itu kempingnya. Tendanya juga masih bisa diletakkan di bagian lain dari halaman rumahnya Mila. Masih luas, bo!
Ish, Dani, itu kan sudah ada keterangannya kalau itu teh mie instan. Tapi kami memang masak banyak, kok. Masak buat rakyat sekampung 😀
Haaaah? Ada yaaaa? Saya terpana berarti membayangkan halaman tumah yang luas dan bisa masak spaghetti. Muaaaappp!! 😛
Makanya harus melipir jauh ke Bekasi, Dan 😀
Haaaah? Ada yaaaa? Saya terpana berarti membayangkan halaman tumah yang luas dan bisa masak spaghetti. Muaaaaaappp!! 😛
apaaaa ?? Mila jam 9 udah molor ???
Yup, dia sudah molor jam segitu 😀
ayoook kita kemping lagi
Ayokk!! Sambil cari air terjun lagi 😀
Lucu bangeeettt kemping di halaman rumah 😀
Hei, Ocha, maybe we can go camping too 😀
Itu apa saking penginnya kemping mbak, smpe menunya mie instan emg klo kemping org pd makan mie y mbak? #nggakpernahkemping
Ngebaca tulisan mbak, bisa dipastikan kempingnya seruu..
Hai, Ajeng. Sependek pengetahuan saya mengenai kemping, menu andalan itu memang mie instan (rasa soto).
kemping di halaman rumah seru juga, ga perlu cape2 naik gunung utk kemping…inget dl smp kemping di cibubur
Dear Ika, kemping di halaman rumah bisa jadi salah satu alternatif menghabiskan akhir pekan. Murah-meriah 😀
ulang tahun yang menyenangkan kayaknya
camping di halaman rumah. ehehehhe
Hai, Elsa, rencananya, sih, kami mau pergi ke sebuah bumi perkemahan di Sukabumi. Rencananya… 😀
walau dihalaman rumah tapi keseruannya bikin saya iri… hehe…
Liburan sederhana ini.
Senangnya 🙂
Mari kemping di depan rumah 🙂
Aish jadi kangen camping2 lucu macam tuch 🙂
[…] sumber : https://sugarandspiceandeverythingnice.wordpress.com/2014/12/26/dua-malam-dan-dua-hari-di-b… […]